Wednesday, October 5, 2011

Konflik Agama (Bhg.6) - sila ambil ikhtibar


KRONOLOGI TRAGEDI AMBON-MALUKU BERDARAH (BHG.6)
Desember 1998 s.d. Desember 2000

Sambungan...

Seorang Ibu yang bernama Wa Rahima (42 tahun) ditelanjangi di depan suaminya. Suaminya diancam akan dibunuh apabila berteriak atau berbicara. Seorang gadis lagi yang bernama Nurdia (17 tahun, siswa SMP Kelas III) sudah dibuka celananya dengan cara paksa dan - maaf - buah dadanya sudah dipegang siap untuk dipotong. Menurut pengakuan salah satu korban, ada sepasang suami istri diculik dan di bawa ke Hutumari, dan tidak diketahui nasibnya.

Sementara seorang Ibu bernama Dewi (bukan nama sebenarnya) yang sudah punya tiga anak, pegawai Pertanian diperkosa beramai-ramai sekitar 20 orang, setelah itu mereka dengan kejamnya melukai alat kemaluannya dengan alat tajam. Korban sementara di RS AL Halong dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Dari informasi saksi, sebenarnya Ibu tersebut mau bergabung dengan warga Wailiha lainnya di mess Pabrik, namun ditengah perjalanan beliau sudah dianiaya.

Sekitar pukul 07.00 WIT, pertolongan Allah pun datang lewat bunyi tembakan aparat, membuat para perusuh Kristen lari tunggang langgang, menyelamatkan diri. Akhirnya warga Muslim segera diungsikan ke Asrama Halong dengan penuh penderitaan lahir batin, tanpa baju, uang dan materi lain yang mendukung hidup mereka lagi. 1)

26 Juli 1999 : Terjadi perlawan sengit, para mahasiswa Islam terjun membantu menghalau

serangan-serangan pihak Kristen, namun pihak keamanan Brimob bertindak makin tidak adil. Sertu Erald Pattiwael dengan entengnya menembak sdr. Jamarah, hingga tewas, sementara Ade Buton luka berat akibat peluru menembus lututnya.

Ambon, 26 Juli 1999

Sebelumnya Dusun Wailiha di Batu Gong diserang pihak Kristen pada dinihari. Empat orang Muslim terbunuh dan sedikitnya dua puluh orang luka berat dan lima puluh luka ringan. Korban yang meninggal dan luka-luka di evakuasi ke RS Angkatan Laut Halong. Dilaporkan pula bahwa seorang wanita diculik dan tidak diketahui nasibnya.

Di Desa Lateri dan Latta, dinihari, ummat Islam diserang massa Kristen, Dua orang terbunuh ditembak Brimob, yakni sdr. La Ali dan La Ane serta yang satu lagi tertembak di bagian paha. Saat itu wanita dan anak-anak melarikan diri, bersembunyi di Halong Atas yang kemudian berhasi dievakuasi ke Dusun Kebun Cengkeh.

27 Juli 1999 : Desa Waihitu dan Tanah Lapang Kecil diserang pihak Kristen dari berbagai

penjuru, akibatnya kedua desa tersebut luluh lantak. Para penghuni kedua desa itu melarikan diri berenang ke laut. Mereka kemudian mendapatkan pertolongan dan dievakuasi ke dermaga Yos Sudarso, Ambon. Di Dusun Telaga Pange dan Keranjang terjadi penembakan oleh aparat Brimob, menewaskan dua orang yang teridentifiaksi sebagai Lampone dan Wa Haya (wanita).

Kebiadaban di Desa Latta, Kodya Ambon
28 Juli 1999 : Kondisi pertikaian Ambon yang melebar diberbagai tempat, juga merembet ke dusun Latta, sekitar 12 km dari pusat kota Ambon. Massa Kristen warga desa Lateri (bersebelahan dengan dusun Latta) menyerang Latta pada hari Rabu jam 04.00 dini hari. Dalam peristiwa Latta itu, sebagaimana dilaporkan oleh salah satu sumber, bahwa 1 orang terluka. Keberingasan kaum kristen ini tidak berhenti disini. Sumber yang keluarganya juga bertempat tinggal di Latta ini juga menceritakan bahwa setelah pihak Kristen menghancurkan beberapa rumah warga muslim Latta, dengan biadabnya mereka memperkosa dua orang wanita muslimah Latta. Jumlah warga yang memperkosa ini setelah dilaporkan dan dikonfirmasi balik oleh sumber tadi, banyaknya pelaku belum teridentifikasi. Setelah muslimah Latta ini diperkosa, 2 Muslimah lainnya dibantai dengan dipotong-potong hingga tewas.

Pada hari Rabu, jam 10.00 warga Kristen gabungan desa Hutumuri dan desa Passo menyerang dusun Wailiha (mayoritas berasal dari Buton). Anak-anak dan perempuan dusun ini sebelumnya telah diungsikan, sementara yang bertahan adalah hanya para pemuda yang bertahan. Dilaporkan bahwa 15 orang dibantai oleh pihak Kristen. 2)

Situasi Semakin Mencekam di Poka dan Kodya Ambon

29 Juli 1999 : Terjadi lagi penembakan oleh aparat Brimob, saat terjadi pertikaian antara pasukan putih dan merah (Kristen), di Perumnas Poka. Empat dilaporkan orang terbunuh. Mereka adalah Majid Amed, Hussein Ollong, Ali Ulat dan Kadir Rehalat. Sementara di Kota Ambon, seorang bernama Syamsul B. Rahayaan terbunuh ditempak aparat dari kesatuan Brimob.

30 Juli 1999 : Pihak Kristen kembali menyerang, kali ini ke desa Iha. Akibat serangan dari segala penjuru itu, dua orang dilaporkan terbunuh. Kondisi sementara terkendali dengan adanya bantuan pasukan yang datang dari Jakarta.

1 Agustus 1999 : Pukul 15.00 WIT, massa Kristen kembali membakar rumah-rumah Muslim diperbatasan antara perumahan penduduk Hative Kecil dengan rumah penduduk Kristen di Aster, yang telah ditinggalkan penghuninya..
3 Agustus 1999 : Pukul 09:20 WIT di Waihaong, beberapa warga Muslim berhasil menangkap

seorang penyusup, di sekitar tempat pengungsian THR Waihaong Penyusup Kristen ini dihakimi hingga babak belur. Nasib serupa juga dialami seorang warga beragama Kristen yang ditangkap di depan kantor DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Maluku, di Asoabali. Sekitar pukul 11.00 WIT, seorang warga Kristen ditemukan tewas di lantai Gedung Ambon Plaza, salah satu pertokoan termegah di Ambon. Diduga warga Kristen itu tewas akibat kemarahan warga Muslim akibat Rubiyanto, warga Muslim nelayan, yang sebelumnya dibantai dengan keji di depan toko Citra. 3)

Menurut laporan KONTRAS, sejak pecahnya pertikaian di Poka, tanggal 15 Juli hingga 5 Agustus 1999, tercatat 1.349 orang korban meninggal, ratusan lainnya luka-luka, dan 4 orang hilang. Sekitar 800 rumah dibakar habis, juga kira-kira 200 ruko habis dibakar. Kurang lebih 100.000 warga mengungsi. 4).

Korban Muslim oleh Pembunuhan sadis salibis


Kesaksian Korban Kerusuhan Maluku

Mufli M. Yusuf (15 th) SMP Al-Khairat Kelas III, Desa Popelo, Tobelo:

Rabu, (21/12/99) pk.09.00 WIT. Orang-orang Kristen dari Kampung Kusur Telaga Panca, dan Kao menyerang Desa Togolihua yang Muslim. Kami, ribuan umat Islam, berlindung ke Masjid al-Ikhlas. Masjid dikepung lalu di bom (bom pipa rakitan, menunjukkan bahwa pihak Kristen sudah mengadakan persiapan sebelumnya). Orang-orang kafir itu juga memanah ke dalam Masjid dengan panah yang telah dilumur darah babi. Sebagian dari mereka melempari Masjid dengan batu-batu besar hingga banyak tembok Masjid yang bolong. Kami yang ada di Masjid –kebanyakan anak kecil dan ibu-ibu– akhirnya menyerah setelah satu jam di gempur perusuh Kristen.

Orang-orang kafir itu lalu menyerbu ke dalam Masjid, lebih dari 500 orang Islam lari keluar Masjid. Ada yang masuk hutan, ada pula yang menyerah. Tubuh saya berlumur darah, mungkin sebab itu mereka mengira saya sudah mati. Di sekeliling saya ada banyak sekali, sekitar 600 orang, syahid dengan kondisi amat menyedihkan. Dalam penyerangan itu, saya lihat banyak muslimah yang ditelanjangi orang Kristen. Walau para muslimah itu berteriak-teriak minta ampun, tapi dengan biadab mereka diperkosa beramai-ramai di halaman Masjid dan di jalan-jalan. Setelah itu mereka di bawa ke atas truk, juga anak-anak kecilnya, katanya mau dipelihara oleh orang Kristen. Para muslimah yang tidak mau ikut langsung dicincang hidup-hidup. Orang kafir itu saling berebutan mencincang bagai orang berebutan mencincang ular.

Seorang muslimah digantung hidup-hidup lalu dibakar. Pukul 13.00 WIT, perusuh Kristen itu membakar habis Masjid dengan lebih 600 tubuh syuhada didalamnya. Saya yang penuh luka bakar dengan susah payah keluar dari Masjid lewat tembok yang bolong. Saya mencari orang Islam yang masih hidup, tapi tidak ada. Semua rumah penduduk Muslim juga sudah terbakar. Saya akhirnya bertemu dengan seorang Polisi Muslim dan dibawa ke Polsek. Saya dirawat selama tujuh hari bersama korban yang lain. Dan kini saya berada di suatu tempat di Ternate.

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...