KRONOLOGI TRAGEDI AMBON-MALUKU BERDARAH (BHG.2)
Desember 1998 s.d. Desember 2000
Sambungan....
Bukti Prestasi ajaran Kristus yang penuh Kasih dan Damai, Pembantaian Muslim Ambon
4). Dikaitkan dengan Tragedi Iedul Fithri Berdarah, rentetan ketiga peristiwa di atas harus dianggap sebagai bagian yang tak terpisahkan, atau sebagai 'babak pertama' dari seluruh babak yang berjudul 'Tragedi Iedul Fithri Berdarah'. Seandainya ummat Islam di Ambon menyatakan protes keras kepada pihak Kristen yang berpura-pura tidak tahu maka mereka akan ragu memasuki 'babak kedua', yaitu adegan 'Tragedi Iedul Fithri Berdarah'. Dengan kata lain Tragedi Iedul Fithri Berdarah itu belum tentu bisa terjadi karena uji cobanya tidak berhasil, Ummat Islam masih siap dan kompak, siaga menghadapi setiap kemungkinan.
Begitu pula Polri, jika betul-betul profesional dan bersungguh-sungguh dalam menangani kasus di atas, termasuk datangnya ratusan orang kiriman itu, maka peristiwa yang amat menyakitkan Ummat Islam se Indonesia ini mungkin tidak akan terjadi. Begitu juga kegelisahan masyarakat luas akibat munculnya kabar burung bahwa akan ada kekacauan besar ketika Shalat Iedul Fithri. Jadi sesungguhnya tragedi ini merupakan ketidak-profesionalan TNI atau lemahnya TNI akibat penghujatan. Jelas ini merupakan peluang yang mulus bagi golongan untuk merencanakan rencana makarnya.
Marilah kita lihat tragedi ini sebagai salah satu bukti rencana strategis pihak Kristen yang teratur dan terencana, sehingga berhasil demikian baiknya.
BAGIAN 1-2-2:
IEDUL FITHRI BERDARAH 1999 (2/2) - HARI-HARI PEMBANTAIAN BERLANJUT
Hari-hari Pembantaian Berlanjut ...
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku mengeluarkan catatan resmi rentetan peristiwa penting pasca pecahnya Tragedi Iedul Fithri Berdarah, 19 Januari 1999. Dokumen ini ditandatangani oleh pemimpin-pemimpin MUI, orpol, ormas, tokoh-tokoh Islam di Maluku.
Selain itu, juga ada laporan terperinci berbagai peristiwa tiap hari yang diterima dan kemudian dikeluarkan secara terbatas oleh Pusat Informasi dan Komunikasi Umat Islam, Masjid Al-Fatah Ambon, dan Posko Umat Maluku Tenggara perwakilan Ambon.
Peristiwa-peristiwa penting itu - dari MUI Pusat, Informasi Al-Fatah, dari Posko Ummat Maluku Tenggara - sebagian dirangkum, disunting, dan disajikan di bawah ini.
2 Pebruari 1999 : Insiden terjadi di Terminal Mardika. Seorang penumpang angkot turun dari mobil dengan tidak mau membayar ongkos. Supir dan kernet menagihnya tetapi tetap tidak mau membayar bahkan penumpang tersebut lari. Di saat melarikan diri orang yang melihatnya berteriak 'Copet-copet!' kemudian dikejar massa. Pada saat itu aparat keamanan yang bertugas dipasar mengeluarkan tembakan. Massa semakin panik ditambah lagi Patroli Helikopter juga mengeluarkan tembakan. Tidak berapa lama kemudian, terjadi pengejaran warga Islam di kantor- kantor pemerintah yang berada di wilayah pemukiman Kristen, seperti di Kanwil Depsos Karang Panjang dan Dinas Pertaninan Tanaman Pangan Dati I Maluku di Tanah Tinggi. Pegawai beragama Islam bahkan ada yang diparang di halaman kantornya (Depsos). Tiga karyawan Depkes dicegat ketika pulang melewati SMP Negri I, yang beragama Islam diancam dan ditikam.
11.00 WIT : Enam orang pejabat yang akan menghadiri pertemuan dengan lima Menteri dikantor Gubernur Maluku, di Ambon, terjebak barikade dan diancam dengan kekerasan. Seorang Bugis dibacok di Gang Singa, Belakang Soya, hingga meninggal.
SMEA Negri I Ambon di Karang Panjang diserang oleh para pemuda dari Pondok Paty. Empat
kendaraan roda dua dibakar.
3 Pebruari 1999 : Pagi hari, di Karang Tagepe, Kuda Mati, terjadi perusakan atas empat rumah warga Muslim. Rumah-rumah warga Muslim yang belum dibakar atau dirusak akan diratakan dengan tanah. Para pengungsi dari Karang Tagepe berada di dalam tenda-tenda di lingkungan transmisi RCTI/SCTV Gunung Nona. Mobil dan kendaraan roda dua dibakar. Rumah-rumah telah dibakar atau dirusak.
Makar Kristen di Kairatu dan Pembantaian di Desa Waraloki
Pukul 14.00 WIT : Diadakan jamuan makan 'Patita Damai' warga Kairatu, Rumberu dan Rumaitu di satu pihak dan masyarakat Muslim Kairatu. Ternyata ada rencana jahat pihak Kristen. Mereka datang dengan persenjataan lengkap seperti panah, dan tombak, sehingga suasana pesta itu bukan dijadikan wahana Perdamaian melainkan justru berubah menjadi ajang pertempuran. Dalam insiden itu 4 orang warga Muslim terkena panah. Pertikaian meluas menjadi pembakaran pasar, dan rumah-rumah warga Muslim di sekitar Masjid.
4 Februari 1999 : Pukul 05.30 WIT warga Desa Waraloki yang sedang melaksanakan Shalat
Shubuh diserang oleh massa Kristen dari Desa Kamariang, Sariawang (orang gunung) dan juga warga Kristem lainnya, dengan formasi penyerangan berbentuk huruf L. Dalam insiden itu 7 orang warga Muslim Waraholi terbunuh, salah satunya adalah gadis cilik berumur delapan tahun. Menurut saksi, gadis cilik ini dianiaya lebih dahulu sebelum dibunuh. Satu jam kemudian penyerang dipukul mundur.
Pukul 07.00 WIT : Terjadi penyerangan kedua yang tidak dicegah oleh aparat keamanan yang dipimpin oleh Letda Sitorus. Perusuh dilepas dan akhirnya lari ke gunung. Warga yang melihat keadaan tersebut berkata agar pelaku perusuh ditembak, tetapi oknum aparat mengatakan bahwa pelurunya telah habis. Dalam insiden itu 52 rumah hancur dan kebanyakan korban adalah orang Buton.
Pukul 10.30 WIT : Kota Kairatu kembali diserang oleh massa Kristen yang datang dari kampung-kampung yang berada di pegunungan, sehingga 40 rumah terbakar.
5 Pebruari 1999 : Pagi hari, kerusuhan kembali terjadi di Kairatu, berupa pembakaran diKairatu. Masyarakat Desa Pelauw (mayoritas Muslim) bergerak maju menuju Kairatu untuk mengevakuasi masyarakat Muslim. Pada malam harinya, rumah-rumah dan masjid dilempari batu.
Kerusuhan juga terjadi di Dusun Alinong. Sejumlah massa Kristen Kuda Mati menyerang warga Muslim Dusun Alinong. Jalan menuju Karang Tagepe di Kuda Mati dibarikade dengan batang- batang kayu. Sejumlah 25 keluarga minta tolong untuk dievaluasi. Imam Masjid Al-Muqaram Kampung Karang Tagepe (Kuda Mati) dengan istrinya ditemukan meninggal oleh polisi di ruang tamu rumahnya. Tubuhnya terlilit kabel listrik telanjang. Pada pukul 10.00 WIT massa Kristen Kamariang menyerang lagi, tetapi berhasil dihalau.
Desa Batu Merah Diguncang Bom
8 Februari 1999 : Pukul 08.00 WIT pertama kalinya Desa Batu Merah dilempari dengan bom-bom rakitan.
13 Februari 1999 : Tertangkap 6 orang warga Kristen asal Maluku Tenggara yang melecehkan Islam dengan menghujat Rasulullah dan menulis 'Yesus Maju Terus' pada rumah warga Muslim di simpang tiga Air Besar STAIN-Ahuru.
Pembantaian Muslim di Pulau Haruku, Maluku Tengah
14 Februari 1999 : Di Pulau Haruku, Maluku Tengah, warga Kariu yang beragama Kristen
dibantu beberapa orang aparat membantai warga Muslim Pelauw. Dilaporkan 15 warga Muslim terbunuh dan 43 lainnya luka berat akibat terkena tembakan dan granat. Tercatat, empat anggota Polisi terlibat dalam aksi penyerangan itu. Mereka adalah Serka Loupatty, Serta Titir Loloby, Serda Hendrik Nandatu dan Latumahina.
Ketegangan Terjadi Lagi di Passo
17 Pebruari 1999 : Pagi hari terjadi lagi ketegangan di Passo. Awalnya sebuah mobil truk dari
Hitu menuju Ambon yang dilempari batu. Penghuni Kristen di kiri kanan jalan keluar sambil membawa parang dan panah. Kaca mobil dipecah dan aparat keamanan yang berada di tempat kejadian tidak bereaksi. Menurut keterangan korban, ada barikadi di jalan mulai di Negeri Lama sampai dengan pasar, menggunakan batu, drum, dan batang pohon. Tiap mobil yang lewat penumpangnya ditanyai. Dua orang warga Hitu yang menumpang mobil lain ditahan karena membawa senjata tajam, sementara massa Kristen yang berkumpul di situ - dengan membawa berbagai senjata tajam - dibiarkan begitu saja oleh aparat.
Korban Muslim oleh Pembunuhan sadis salibis
Kesaksian Korban Kerusuhan Maluku
Hamida Sambiki (18 th), muslimah ini diambil paksa oleh orang Kristen dari Masjid An-Nashr Desa Popelo. Ayahnya yang berusaha menahan dibantai. Para perusuh Kristen merencanakan mau mengawinkan Hamida dengan anak pendeta di Tobelo. Namun oleh seseorang yang mengaku keluarga Nasrani, Hamida berhasil diselamatkan ke Polsek Tobelo. Hamida saat di Masjid An-Nashr melihat pembantaian umat Islam oleh perusuh Kristen. Munir (25 th) dibakar hidup-hidup dan mulutnya disumpal kotoran manusia, Haji Man (70 th) dipenggal lalu kepalanya yang sudah terpisah dengan tubuhnya itu ditusuk dengan panah dan dibuat mainan diputar-putar di dalam Masjid. Hamida juga melihat bagaimana seorang Muslim, Malang (50 th), dibunuh secara sadis. Kemudian jantungnya diambil. Orang kafir yang mengambil jantungnya berkata, “Ini buat hadiah lebaran”
Bersambung...
"14 Februari 1999 : Di Pulau Haruku, Maluku Tengah, warga Kariu yang beragama Kristen
ReplyDeletedibantu beberapa orang aparat membantai warga Muslim Pelauw. Dilaporkan 15 warga Muslim terbunuh dan 43 lainnya luka berat akibat terkena tembakan dan granat. Tercatat, empat anggota Polisi terlibat dalam aksi penyerangan itu. Mereka adalah Serka Loupatty, Serta Titir Loloby, Serda Hendrik Nandatu dan Latumahina."
saya ralat sedikit..korban meninggal dari pihak muslim pelauw hanya 1 orang...dan hampir 30 org warga kariu meninggal...rumah dan tempat ibadah umat kristen warga Kariu hangus terbakar tanpa satupun tersisa... jadi tidak benar umat muslim pelauw itu dibantai dan meninggal..!!